BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak
usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya Pada usia tersebut
seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan
berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu
sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep
secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek
konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Dewasa
ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP No.
32 Tahun 2013 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan,
yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi
lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan
prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar
penilaian pendidikan.
Atas
dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat
dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting
untuk dilaksanakan agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta
bermakna bagi kehidupan peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan
berbagai macam model pembelajaran terpadu. Salah satunya adalah model
pembelajaran modelwebbed.
Pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan
dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama
guru.[1]
Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan
tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah
model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang
cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan
ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran
maupun lintas mata pelajaran.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan
latar belakang diatas adalah sebagai beruikut :
1. Apa
pengertian dari model jaring laba-laba (webbed)?
2. Bagaimana
model jaring laba-laba(webbed) dalam
proses pembelajaran?
3. Apa
Karakteristik model jaring laba-laba (webbed)?
4.
Bagaimana Penerapan Model
Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar ?
5.
Langkah-langkah Merancang
Model Jaring Laba-Laba (Webbed)?
6. Apa
kelebihan dan kekurangan model jaring laba-laba (webbed) ini?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan berdasarkan
rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari model jaring
laba-laba (webbed)?
2. Untuk
mengetahui model jaring laba-laba(webbed)
dalam proses pembelajaran?
3. Untuk
mengetahui Karakteristik model jaring laba-laba (webbed)?
4. Untuk
mengetahui Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar ?
5. Untuk
mengetahui Langkah-langkah Merancang
Model Jaring Laba-Laba (Webbed)?
6. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan model jaring laba-laba (webbed)?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Jaring Laba-laba (webbed)
Model
jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan
bidang pengembangan (Aisyah, dkk, 2007:4.3).
Istilah model jaring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jarring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
Istilah model jaring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jarring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
Model pembelajaran jaring laba-laba
sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model
pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran dengan model jaring laba-laba pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan setiap bidang pengembangan sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada anak. Menurut Trianto dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu
dalam teori dan Praktek menyatakan bahwa pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba)
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik
Model pembelajaran jaring laba-laba
(webbed) dengan pendekatan
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang
pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek
kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak
karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik),
perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental,
sosial, dan emosional.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, tematik diartikan sebagai
berkenaan dengan tema dan tema sendiri berarti pokok pikiran, dasar
cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak,
dan sebagainya).[2]
Tidak jauh berbeda dengan sumber literatur lainnya, menurut Hendro Darmawan
dkk, tematik diartikan sebagai mengenai tema; yang pokok; mengenai lagu pokok.[3]
Sedangkan terpadu berarti sudah padu (disatukan, dilebur menjadi satu, dan
sebagainya).[4]
Sementara menurut
Kovalik menyarankan bahwa tema sentral pembelajaran tematik di sekolah dasar
hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat di lingkungan tersebut.[5]
Dari uraian tersebut, sekilas
sudah tergambar bahwa istilah tematik dan terpadu, meskipun tampak beda tetapi
sesungguhnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada proses penyatuan.
Kalau tematik pada hakikatnya berorientasi pada satu wujud melalui penyesuaian
dengan satu tema (objek) tertentu, maka terpadu adalah membuat wujud baru yang
satu dengan cara meleburkan berbagai wujud asal yang berbeda-beda.
Model webbed ini
menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learningbydoing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna. Pengalaman
belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu
model webbed yang menggunakan pendekatan tematik disekolah
dasar, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan
siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan (holistic).
B.
Model
Jaring Laba-laba Dalam Proses Pembelajaran
Model jaring laba-laba merupakan
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat
pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan bidang pengembangan.[6]
Istilah model jaring laba-laba
digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala
atau jaring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai
pusat atau laba-labanya. Berdasarkan tema tersebut, ditentukan sub-sub tema
sehingga akan memperjelas tema utama dengan menggunakan beberapa aspek
kemampuan dasar yang ingin dikembangkan.
Pembelajaran Model webbed
(Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik.[7]
Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema
bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara
diskusi sesama guru.
Setelah tema tersebut disepakati,
dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang
studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus
dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba
terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan
pembelajaran.
Pendekatan ini adalah model
pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung
dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan ini, tema
dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas
mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu model tematik
(webbed) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran ataugagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan.[8]
Model pembelajaran jaring laba-laba
sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model
pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran dengan model jaring laba-laba pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan setiap bidang pengembangan sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada anak.
Model pembelajaran jaring laba-laba
(webbed) dengan pendekatan tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada anak. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya
tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan
emosional.
Sementara menurut Kovalik
menyarankan bahwa tema sentral pembelajaran tematik di sekolah dasar hendaknya
berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh
masyarakat di lingkungan tersebut.[9]
C.
Karakteristik
model jaring laba-laba (webbed)
Karakteristik model jaring laba-laba
(webbed) adalah: (1) adanya pandangan luas secara keseluruhan dalam suatu tema
yang dapat membentuk jaringan dari berbagai bidang pengembangan; (2)
menggunakan pendekatan tematik yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut
pada masing-masing bidang pengembangan.[10]
Ada lima langkah dalam menyusun
rancangan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba. Keenam langkah tersebut
yaitu :[11]
1. Mempelajari
kompetisi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk
masing-masing kelompok usia.
2. Mengidentifikasi
tema dan sub tema dan memetakannya.
3. Mengidentifikasi
indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan dengan mengacu pada
indikator yang akan dicapai dan sub tema yang dipilih.
4. Menyusun
rencana kegiatan mingguan.
5. Menyusun
kegiatan harian.
Dalam model jaring laba-laba ini
juga terdapat beberapa karakteristik di dalamnya antara lain sebagai berikut :
1. Berpusat
pada siswa
Pendekatan
ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan
kepada siswa untuk melakuakan aktivitas belajar.
2. Memberi
pengalaman langsung
Dengan
pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata/konkrit sebagai
dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan
mata pelajaran yang tidak begitu jelas
Fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal
ini deperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi
sehari-hari.
5. Bersifat
Fleksibel
Guru
dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan sekolah dimana meraka berada.
D.
Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses
Belajar Mengajar
Pembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai
dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan bersama
adalah “Keluarga”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub
tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya:
IPA Standar Kompetensi :
mengenal bebagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta
pengaruhnya terhadap kegiatan manusia. Siswa diajarkan tentang macam-macam
benda langit dan peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Dari peristiwa alam
tersebut siswa diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah.
IPS Standar Kompetensi : mendeskripsikan lingkugan rumah
Siswa diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.
Matematika Standar Kompetensi : mengenal bangun datar
Siswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya pintu
rumah berbentuk persegi panjang, jendela berbentuk persegi.
Pkn Standar
Kompetensi : menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah Siswa
diajarkan tentang mengikuti tata tertib di rumah. Bekerja sama dengan anggota
keluarga yang lain dengan baik.
E. Langkah-langkah
Merancang Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang
menggunakan pendekatan tematik pada anak usia dini akan sangat membantu anak,
karena sesuai dengan tahap perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu
sebagai satu kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring
laba-laba yaitu:
1.
Mempelajari kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok
usia.
2.
Mengidentifikasi tema dan subtema dan
memetakannya dalam jaring tema.
3.
Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan subtema.
4.
Menentukan kegiatan
pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai
dan subtema yang dipilih.
5.
Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
6.
Menyusun Rencana Kegiatan Harian.
F.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Jaring Laba-laba (webbed)
Sebagaimana sebuah model
pengembangan, tidak ada satu model pengembangan yang sempurna dan terbaik.
Setiap model pengembangan pasti memiliki kelebihan, dan juga keterbatasan.
Dengan kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap model pengembangan tersebut
maka para guru dapat mempertimbangkan model yang paling sesuai untuk digunakan
dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya yang sesuai dengan
berbagai situasi dan kondisi setempat.
Beberapa kelebihan dari model jaring
laba-laba ini adalah sebagai berikut :
1. Ada
kekuatan motivasi yang berasal dari proses penentuan tema yang diminati oleh
anak – anak.
Ditentukan
bersama oleh guru dan anak-anak melalui percakapan atau diskusi ringan. Setiap
anak dapat mengusulkan tema-tema yang menarik perhatiannya dan melihat apakah
sebagian besar teman-temannya juga berminat dengan tema tersebut. Ini merupakan
motivasi instrinsik yang sangat menguntungkan bagi proses pembelajaran.
2. Model
jaring laba-laba relatif mudah dilakukan para guru, termasuk guru TK pemula.
Model
jaring laba-laba cukup mudah dilaksanakan oleh para guru, termasuk oleh
guru-guru yang belum berpengalaman karena model ini sangat alamiah dengan
adanya tema. Jadi, pembelajaran juga berlangsung alami, seperti layaknya
interaksi antara anak-anak dengan orang dewasa pada situasi informal.
3. Mempermudah
perencanaan kerja tim karena semua anggota tim (guru) sebagai pengembang dapat
bekerja sama untuk mengembangkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu
tema saja sehingga tidak terjadi ketumpangtindihan dalam materi pembelajaran.
4. Pendekatan
tematik memberikan kejelasan “payung” yang akan memotivasi anak maupun guru.
Digunakannya
satu tema saja sebagai payung atau pusat minat sangat sesuai dengan cara
berpikir anak yang masih holistik. Hal ini menjadi dasar diperlakukannya
pembelajaran secara terpadu.
5. Model
ini juga memudahkan anak untuk melihat berbagai kegiatan atau berbagai gagasan
yang berbeda, namun saling terkait dalam satu tema.
Pada
model ini, sekat-sekat antara berbagai bidang pengembangan yang berbeda tidak
tampak dengan jelas karena dibungkus dalam satu tema. Hal ini memudahkan anak
untuk mengikuti proses belajar karena alur pembelajaran mengalir dengan halus,
tidak terkesan meloncat-loncat.
Sedangkan kelemahan model jaring
laba-laba sebagai berikut:
1. Langkah
yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi
tema.
2. Dibutuhkan
waktu dan pikiran untuk mengaitkan setiap tema dengan sumber belajar yang
tersedia dan beradaptasi dengan model ini.
3. Adanya
kecendrungan merumuskan suatu tema yang dangkal dan kurang bermakna bagi anak
dan hanya sebagai tema yang artifisial.
4. Pembelajaran
guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
Jadi, kekuatan pembelajaran dengan
pendekatan tema secara umum adalah sebagai berikut :
1. Pengalaman
dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
Tingkat
perkembangan anak merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tema sehingga
dalam pembelajaran berbagai kegiatan dan pengalaman yang dilaksanakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah dan tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.
2. Menyenangkan
karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
Minat
dan kebutuhan anak juga merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tema
sehingga diharapkan anak akan menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan
karena tema yang dipilih dan digunakan sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
3. Hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
Pembelajaran
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak akan menimbulkan motivasi intrinsik
yang tinggi pada anak. Dengan motivasi intensif memungkinkan anak terlibat
secara langsung dalam pembelajaran sehingga ingatan atau kesan terhadap
pembelajaran yang dialaminya akan bertahan lama.
4. Mengembangkan
ketermapilan berpikir dengan mencoba memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi.
Tema
diangkat sesuai kebutuhan anak dan dikembangkan sedemikian rupa melalui
berbagai kasus yang seolah-olah nyata akan membuat anak tertarik untuk
menyelesaikannya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menerapkan latihan
memecahkan masalah akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir anak.
5. Menumbuhkan
keterampilan sosial dalam bekerja sama, bertoleransi, berkomunikasi dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pelaksanaan
pembelajaran tematik, sejak penentuan tema melalui diskusi, memecahkan berbagai
persoalan bersama dan berbagai kegiatan kelompok lainnya akan mengembangkan
keterampilan sosial anak dalam berkomunikasi dan saling menjaga perasaan teman,
juga menghargai berbagai gagasan yang berbeda dari teman-temannya.
6. Memudahkan
anak memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
7. Memudahkan
anak mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang pengembangan
dalam tema yang sama.
8. Meningkatkan
pemahaman terhadap materi pelajaran.
9. Mengembangkan
kompetensi bahasa lebih baik dengan mengaitkan aspek pengembangan dan
pengalaman pribadi anak.
10. Anak
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disampaikan dalam
konteks tema yang jelas.
11. Meningkatkan
gairah belajar anak, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
12. Menghemat
waktu karena bidang pengembangan disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan
Pada model ini guru menyajikan
pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan
antar pelajaran. Sehingga siswa memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang
kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda.
Model webbed untuk penyatuan
kurikulum adalah satu pendekatan team yang memerlukan waktu untuk berkembang.
Waktu penulisan kurikulum adalah satu kesempatan untuk meniru model ini
sehingga para guru dapat sepenuhnya mengeksplor tema-tema pilihan dan merancang
kriteria sebagai kualitas. Model ini memerlukan perencanaan yang ekstensif
(terus menerus) dan koordinasi dari seluruh berbagai sekolah. tema berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak
dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan
memperkaya perbendaharaan kata anak. Tema juga berisi bahan-bahan yang perlu
dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan yang operasional
dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak menimbulkan
kebosanan. Pembelajaran melalui pendekatan tematis seperti ini memang sangat
sesuai untuk anak TK karena anak usia TK masih berpikir secara holistik, belum
terperinci bagian per bagian.
Model ini yang sangat bagus untuk
digunakan ketika percobaan dua hingga empat minggu unit percobaan antar cabang
ilmu pengetahuan. Dikarenakan kehebatan perencanaan diperlukan untuk melakukan
model ini dengan baik, disarankan untuk memulai dengan satu kurikulum yang
dapat diatur.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model jaring
laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik
sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan bidang
pengembangan.
Pendekatan ini
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan
dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama
guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan
memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini
dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Jadi
model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui
pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
Karakteristik dari model jaring
laba-laba (webbed) adalah dapat membentuk jaringan dari berbagai bidang
pengembangan dengan menggunakan pendekatan tematik yang kemudian dapat
dikembangkan lebih lanjut pada masing-masing bidang pengembangan. Penerapan Model Jaring Laba-Laba dalam Proses Belajar Mengajar antara
lain dalam pembelajaran IPA, IPS, MTK, dan PKN.
Dalam model
suatu pembelajaran pasti terdapat kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan dari model
jaring laba-laba ini adalah dapat mempermudah
perencanaan kerja tim karena semua anggota tim (guru) sebagai pengembang dapat
bekerja sama untuk mengembangkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu
tema saja sehingga tidak terjadi ketumpangtindihan dalam materi pembelajaran.
Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kekurangan. Kekurangan tersebut
salah satunya adalah menyeleksi tema.
B.
Saran
Penulis
memberikan saran kepada para pendidik bahwa sebagai pendidik (guru) diharapkan lebih bijak dalam memilih model pembelajaran. Hal ini dikarenakan agar dapat terciptanya suasana belajar yang
menyenangkan bagi anak khususnya
bagi anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Prastowo, 2013, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan
Lengkap Aplikatif, Yogyakarta: DIVA Press
Hendro
Darmawan dkk, 2011, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan
Pembentukan Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bintang
Cemerlang
N. Diana. 2008.
Pembelajaran Terpadu. Bandarlampung : Fakta Press fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Intan Lampung
Poerwadarminta. 2006.
Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskurbalitbang
Depdiknas
R. Fogarty. 1991.
The MindfullSchool: HowtoIntegratetheCurricula. Paltine: SkylighPublishing,Inc
S. Aisyah. 2007.
Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka
Tim
Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
[1] Trianto. Model
Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007), hlm. 67
[6] S. Aisyah. Pembelajaran
Terpadu. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.3
[7] Trianto. Model Pembelajaran
Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007),
hlm. 67
[8]Poerwadarminta. Model
Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah
Dasar. (Jakarta: Puskurbalitbang Depdiknas 2006, 1983), hlm. 82
[9] N. Diana. Pembelajaran
Terpadu. (Bandarlampung : Fakta Press fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan
Lampung, 2008), hlm. 22
[10] R. Fogarty. The
MindfullSchool: HowtoIntegratetheCurricula. (Paltine: SkylighPublishing,Inc,
1991), hlm. 43
[11]
S. Aisyah. Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007),
hlm. 4.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar