Sabtu, 12 Januari 2019

MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
            Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP No. 32 Tahun 2013 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.
            Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik. Salah satunya dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran terpadu. Salah satunya adalah model pembelajaran modelwebbed.
Pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru.[1] Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa.  Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.

B.     Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai beruikut :
1.      Apa pengertian dari model jaring laba-laba (webbed)?
2.      Bagaimana model jaring laba-laba(webbed)  dalam proses pembelajaran?
3.      Apa Karakteristik model jaring laba-laba (webbed)?
4.      Bagaimana Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar ?
5.      Langkah-langkah Merancang  Model Jaring Laba-Laba (Webbed)?
6.      Apa kelebihan dan kekurangan model jaring laba-laba (webbed) ini?







C.    Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui  pengertian dari model jaring laba-laba (webbed)?
2.      Untuk mengetahui model jaring laba-laba(webbed)  dalam proses pembelajaran?
3.      Untuk mengetahui Karakteristik model jaring laba-laba (webbed)?
4.      Untuk mengetahui  Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar ?
5.      Untuk mengetahui  Langkah-langkah  Merancang  Model Jaring Laba-Laba (Webbed)?
6.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model jaring laba-laba (webbed)?











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Jaring Laba-laba (webbed)
            Model jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan bidang pengembangan (Aisyah, dkk, 2007:4.3).
Istilah model jaring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jarring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
Model pembelajaran jaring laba-laba sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran dengan model jaring laba-laba pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan setiap bidang pengembangan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada anak.  Menurut Trianto dalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu dalam teori dan Praktek menyatakan bahwa pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik
Model pembelajaran jaring laba-laba (webbed) dengan pendekatan tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.



            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tematik diartikan sebagai  berkenaan dengan tema dan tema sendiri berarti pokok pikiran, dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya).[2] Tidak jauh berbeda dengan sumber literatur lainnya, menurut Hendro Darmawan dkk, tematik diartikan sebagai mengenai tema; yang pokok; mengenai lagu pokok.[3] Sedangkan terpadu berarti sudah padu (disatukan, dilebur menjadi satu, dan sebagainya).[4] Sementara menurut Kovalik menyarankan bahwa tema sentral pembelajaran tematik di sekolah dasar hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat di lingkungan tersebut.[5]
            Dari uraian  tersebut, sekilas sudah tergambar bahwa istilah tematik dan terpadu, meskipun tampak beda tetapi sesungguhnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada proses penyatuan. Kalau tematik pada hakikatnya berorientasi pada satu wujud melalui penyesuaian dengan satu tema (objek) tertentu, maka terpadu adalah membuat wujud baru yang satu dengan cara meleburkan berbagai wujud asal yang berbeda-beda.
            Model webbed ini menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learningbydoing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang berkesan agar belajar siswa lebih bermakna. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Selain itu dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik  disekolah dasar, akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu dengan satu kesatuan (holistic).

B.     Model Jaring Laba-laba Dalam Proses Pembelajaran
            Model jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan bidang pengembangan.[6]
            Istilah model jaring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jaring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya. Berdasarkan tema tersebut, ditentukan sub-sub tema sehingga akan memperjelas tema utama dengan menggunakan beberapa aspek kemampuan dasar yang ingin dikembangkan.
            Pembelajaran Model webbed (Model Jaring Laba-laba) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.[7] Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru.
            Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
            Pendekatan ini adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang cenderung dapat disampailan melalui beberapa bidang study lain. Dalam hubungan ini, tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran.
            Pembelajaran terpadu model tematik (webbed) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran ataugagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.[8]
            Model pembelajaran jaring laba-laba sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran dengan model jaring laba-laba pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan setiap bidang pengembangan sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada anak.
            Model pembelajaran jaring laba-laba (webbed) dengan pendekatan tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diajarkan pada anak karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
            Sementara menurut Kovalik menyarankan bahwa tema sentral pembelajaran tematik di sekolah dasar hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat di lingkungan tersebut.[9]
C.    Karakteristik model jaring laba-laba (webbed)
            Karakteristik model jaring laba-laba (webbed) adalah: (1) adanya pandangan luas secara keseluruhan dalam suatu tema yang dapat membentuk jaringan dari berbagai bidang pengembangan; (2) menggunakan pendekatan tematik yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut pada masing-masing bidang pengembangan.[10]
            Ada lima langkah dalam menyusun rancangan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba. Keenam langkah tersebut yaitu :[11]
1.      Mempelajari kompetisi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
2.      Mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya.
3.      Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan sub tema yang dipilih.
4.      Menyusun rencana kegiatan mingguan.
5.      Menyusun kegiatan harian.
            Dalam model jaring laba-laba ini juga terdapat beberapa karakteristik di dalamnya antara lain sebagai berikut :
1.      Berpusat pada siswa
Pendekatan ini lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakuakan aktivitas belajar.
2.      Memberi pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata/konkrit sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini deperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
5.      Bersifat Fleksibel
Guru dapat mengkaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan mengkaitkan mata pelajaran dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dimana meraka berada.

D.    Penerapan Model Jaring Laba-Laba (Webbed) Dalam Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran terpadu menggunakan model webbed dimulai dengan menentukan tema. Sebagai contoh tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Keluarga”. Dari tema ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran, misalnya:
IPA Standar Kompetensi : mengenal bebagai benda langit dan peristiwa alam (cuaca dan musim) serta pengaruhnya terhadap kegiatan manusia. Siswa diajarkan tentang macam-macam benda langit dan peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Dari peristiwa alam tersebut siswa diharapkan dapat menjaga kebersihan rumah.
IPS Standar Kompetensi : mendeskripsikan lingkugan rumah Siswa diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.
Matematika  Standar Kompetensi : mengenal bangun datar Siswa diajarkan tentang bentuk-bentuk bangun datar misalnya, misalnya pintu rumah berbentuk persegi panjang,  jendela berbentuk persegi.
 Pkn Standar Kompetensi : menerapkan kewajiban anak di rumah dan di sekolah Siswa diajarkan tentang mengikuti tata tertib di rumah. Bekerja sama dengan anggota keluarga yang lain dengan baik.
E.     Langkah-langkah Merancang  Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Dengan penerapan pembelajaran terpadu model webbed yang menggunakan pendekatan tematik pada anak usia dini akan sangat membantu anak, karena sesuai dengan tahap perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik).
Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
1.             Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
2.             Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
3.              Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
4.              Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
5.             Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
6.             Menyusun Rencana Kegiatan Harian.

F.     Kelebihan dan Kekurangan Model Jaring Laba-laba (webbed)
            Sebagaimana sebuah model pengembangan, tidak ada satu model pengembangan yang sempurna dan terbaik. Setiap model pengembangan pasti memiliki kelebihan, dan juga keterbatasan. Dengan kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap model pengembangan tersebut maka para guru dapat mempertimbangkan model yang paling sesuai untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya yang sesuai dengan berbagai situasi dan kondisi setempat.


            Beberapa kelebihan dari model jaring laba-laba ini adalah sebagai berikut :
1.      Ada kekuatan motivasi yang berasal dari proses penentuan tema yang diminati oleh anak – anak.
Ditentukan bersama oleh guru dan anak-anak melalui percakapan atau diskusi ringan. Setiap anak dapat mengusulkan tema-tema yang menarik perhatiannya dan melihat apakah sebagian besar teman-temannya juga berminat dengan tema tersebut. Ini merupakan motivasi instrinsik yang sangat menguntungkan bagi proses pembelajaran.
2.      Model jaring laba-laba relatif mudah dilakukan para guru, termasuk guru TK pemula.
Model jaring laba-laba cukup mudah dilaksanakan oleh para guru, termasuk oleh guru-guru yang belum berpengalaman karena model ini sangat alamiah dengan adanya tema. Jadi, pembelajaran juga berlangsung alami, seperti layaknya interaksi antara anak-anak dengan orang dewasa pada situasi informal.
3.      Mempermudah perencanaan kerja tim karena semua anggota tim (guru) sebagai pengembang dapat bekerja sama untuk mengembangkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu tema saja sehingga tidak terjadi ketumpangtindihan dalam materi pembelajaran.
4.      Pendekatan tematik memberikan kejelasan “payung” yang akan memotivasi anak maupun guru.
Digunakannya satu tema saja sebagai payung atau pusat minat sangat sesuai dengan cara berpikir anak yang masih holistik. Hal ini menjadi dasar diperlakukannya pembelajaran secara terpadu.
5.      Model ini juga memudahkan anak untuk melihat berbagai kegiatan atau berbagai gagasan yang berbeda, namun saling terkait dalam satu tema.
Pada model ini, sekat-sekat antara berbagai bidang pengembangan yang berbeda tidak tampak dengan jelas karena dibungkus dalam satu tema. Hal ini memudahkan anak untuk mengikuti proses belajar karena alur pembelajaran mengalir dengan halus, tidak terkesan meloncat-loncat.
            Sedangkan kelemahan model jaring laba-laba sebagai berikut:
1.      Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi tema.
2.      Dibutuhkan waktu dan pikiran untuk mengaitkan setiap tema dengan sumber belajar yang tersedia dan beradaptasi dengan model ini.
3.      Adanya kecendrungan merumuskan suatu tema yang dangkal dan kurang bermakna bagi anak dan hanya sebagai tema yang artifisial.
4.      Pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
            Jadi, kekuatan pembelajaran dengan pendekatan tema secara umum adalah sebagai berikut :
1.      Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
Tingkat perkembangan anak merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tema sehingga dalam pembelajaran berbagai kegiatan dan pengalaman yang dilaksanakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.
2.      Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
Minat dan kebutuhan anak juga merupakan salah satu kriteria dalam menentukan tema sehingga diharapkan anak akan menyenangi kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena tema yang dipilih dan digunakan sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
3.      Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
Pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak akan menimbulkan motivasi intrinsik yang tinggi pada anak. Dengan motivasi intensif memungkinkan anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran sehingga ingatan atau kesan terhadap pembelajaran yang dialaminya akan bertahan lama.
4.      Mengembangkan ketermapilan berpikir dengan mencoba memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Tema diangkat sesuai kebutuhan anak dan dikembangkan sedemikian rupa melalui berbagai kasus yang seolah-olah nyata akan membuat anak tertarik untuk menyelesaikannya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menerapkan latihan memecahkan masalah akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir anak.
5.      Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, bertoleransi, berkomunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran tematik, sejak penentuan tema melalui diskusi, memecahkan berbagai persoalan bersama dan berbagai kegiatan kelompok lainnya akan mengembangkan keterampilan sosial anak dalam berkomunikasi dan saling menjaga perasaan teman, juga menghargai berbagai gagasan yang berbeda dari teman-temannya.
6.      Memudahkan anak memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
7.      Memudahkan anak mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai bidang pengembangan dalam tema yang sama.
8.      Meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran.
9.      Mengembangkan kompetensi bahasa lebih baik dengan mengaitkan aspek pengembangan dan pengalaman pribadi anak.
10.  Anak lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disampaikan dalam konteks tema yang jelas.
11.  Meningkatkan gairah belajar anak, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
12.  Menghemat waktu karena bidang pengembangan disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan
            Pada model ini guru menyajikan pembelajaran dengan tema dan sub tema yang disepakati dan dihubungkan dengan antar pelajaran. Sehingga siswa memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda.
            Model webbed untuk penyatuan kurikulum adalah satu pendekatan team yang memerlukan waktu untuk berkembang. Waktu penulisan kurikulum adalah satu kesempatan untuk meniru model ini sehingga para guru dapat sepenuhnya mengeksplor tema-tema pilihan dan merancang kriteria sebagai kualitas. Model ini memerlukan perencanaan yang ekstensif (terus menerus) dan koordinasi dari seluruh berbagai sekolah. tema berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh dan memperkaya perbendaharaan kata anak. Tema juga berisi bahan-bahan yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan yang operasional dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak menimbulkan kebosanan. Pembelajaran melalui pendekatan tematis seperti ini memang sangat sesuai untuk anak TK karena anak usia TK masih berpikir secara holistik, belum terperinci bagian per bagian.
            Model ini yang sangat bagus untuk digunakan ketika percobaan dua hingga empat minggu unit percobaan antar cabang ilmu pengetahuan. Dikarenakan kehebatan perencanaan diperlukan untuk melakukan model ini dengan baik, disarankan untuk memulai dengan satu kurikulum yang dapat diatur.







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Model jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa kegiatan dan bidang pengembangan.
            Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negoisasi dengan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktifitas belajar yang harus dilakukan siswa. Jadi model webbed atau jaring laba- laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran.
            Karakteristik dari model jaring laba-laba (webbed) adalah dapat membentuk jaringan dari berbagai bidang pengembangan dengan menggunakan pendekatan tematik yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut pada masing-masing bidang pengembangan. Penerapan Model Jaring Laba-Laba dalam Proses Belajar Mengajar antara lain dalam pembelajaran IPA, IPS, MTK, dan PKN.
            Dalam model suatu pembelajaran pasti terdapat kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan dari model jaring laba-laba ini adalah dapat mempermudah perencanaan kerja tim karena semua anggota tim (guru) sebagai pengembang dapat bekerja sama untuk mengembangkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu tema saja sehingga tidak terjadi ketumpangtindihan dalam materi pembelajaran. Namun, dibalik kelebihannya terdapat suatu kekurangan. Kekurangan tersebut salah satunya adalah menyeleksi tema.

B.      Saran
            Penulis memberikan saran kepada para pendidik bahwa sebagai pendidik (guru) diharapkan lebih bijak dalam memilih model pembelajaran. Hal ini dikarenakan agar dapat terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi anak khususnya bagi anak usia dini.

















DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, 2013, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif, Yogyakarta: DIVA Press
Hendro Darmawan dkk, 2011, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang

N. Diana. 2008. Pembelajaran Terpadu. Bandarlampung : Fakta Press fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung
Poerwadarminta. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Jakarta: Puskurbalitbang Depdiknas
R. Fogarty. 1991. The MindfullSchool: HowtoIntegratetheCurricula. Paltine: SkylighPublishing,Inc

S. Aisyah. 2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka

Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher


[1] Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 67
[2] Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.1429
[3] Hendro Darmawan dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang,2011), hlm. 710.
[4] Tim Penyusun, Opcit, hlm. 997
[5] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), hlm.123
[6] S. Aisyah. Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.3
[7] Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 67
[8]Poerwadarminta. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. (Jakarta: Puskurbalitbang Depdiknas 2006, 1983), hlm. 82
[9] N. Diana. Pembelajaran Terpadu. (Bandarlampung : Fakta Press fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung, 2008), hlm. 22
[10] R. Fogarty. The MindfullSchool: HowtoIntegratetheCurricula. (Paltine: SkylighPublishing,Inc, 1991), hlm. 43
[11] S. Aisyah. Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 4.12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perke...