ü Contoh mengenai kajian Islam
normatif dan Islam historis beserta paradigm atau peradaban yang digunakan!
Jawab
:
·
Islam normatif
1.
Adanya ritual
tertentu dalam komunitas muslim yang sudah mentradisi secara turun temurun,
seperti slametan (Tahlilan atau kenduren). Dari uraian tersebut terlihat bahwa
pendekatan normatif tekstualis dalam memahami agama menggunakan cara berpikir
deduktif, yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar
dan mutlak adanya sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dulu, melainkan
dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi. Pendekatan normatif tektualis sebagaimana disebutkan diatas telah
menunjukan adanya kekurangan yang antara lain eksklusif dogmatis, tidak mau
mengakui adanya paham golongan lain bahkan agama lain dan sebagainya. Namun
demikian melalui pendekatan normatift tektualis ini, seseorang akan memiliki
sikap militansi dalam beragama yakni berpegang teguh kepada agama yang
diyakininya sebagai yang benar, tanpa memandang dan meremehkan agama lainya.
Dengan pendekatan yang demikian seseorang akan memiliki sikap fanatis terhadap
agama yang di anutnya. Saat ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut
terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat
manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang keshalihan atau
berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah,melainkan secara operasional
konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Seiring
perkembangan zaman yang selalu berubah dan disertai dengan munculnya berbagai
persoalan baru dalam kehidupan manusia, maka menjadi sebuah keniscayaan untuk
memahami agama sesuai dengan zamanya. Oleh karena itu, berbagai pendekatan
dalam memahami agama yang bersumber dari al-Quran dan Hadits memiliki peran
yang sangat strategis. Dalam kaitan ini agama tampil sangat prima dengan
seperangkat ciri khasnya. Agama islam secara normatif pasti benar dan
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Untuk bidang sosial agama tampil
menawarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, kesetiakawanan, tolong
menolong, tenggang rasa, persamaan derajat dan sebagainya. Untuk bidang ekonomi
agama tampil menawarkan keadilan, kebersamaan, kejujuran dan saling
menguntungkan. Untuk bidang ilmu pengetahuan, agama tampil mendorong pemeluknya
agar memiliki pengetahuan dan tehnologi yang setinggi-tingginya, menguasai
ketrampilan, keahlian dan sebagainya. Demikian pula untuk bidang kesehatan,
lingkungan hidup, kebudayaan, politik dan sebagainya agama tampil sangat ideal
dan yang dibangun berdasarkan dalil-dalil yang terdapat dalam ajaran agama yang
bersangkutan.
2.
Praktik duduk miring ketika duduk tahiyat akhir bagi muslim Indonesia,
sementara muslim di negara lain tidak melakukannya. lihatlah bagaimana Ibnu Hajar bermu'amalah (mensikapi)
hadits Ibnu Umar. Beliau tidak langsung menilai bahwa lafal yang datang dalam
hadits Ibnu Umar tersebut bersifat umum. Akan tetapi beliau berusaha mencari
jalan-jalan dan riwayat-riwayat yang lain dari hadits Ibnu Umar ini agar jelas
maksud hadits Ibnu Umar. Setelah beliau menemukan riwayat yang menjelaskan
bahwa perkataan Ibnu Umar tersebut berkaitan dengan sebuah kejadian dimana Ibnu
Umar duduk di raka'at yang keempat maka Ibnu Hajar membawa hadits tersebut
dalam kondisi tasyahhud yang terakhir, yaitu bahwasanya duduk tawarruk yang
disebutkan oleh Ibnu Umar adalah maksudnya pada duduk tasyahhud akhir.
Karena hadits Abu Humaid As-Saa'idi menjelaskan tentang sebuah sholat tertentu yaitu yang memiliki dua tasyahhud dan beliau tidak sedang berbicara tentang semua jenis sholat, maka kita bawakan keumuman lafal yang disebutkan oleh Abu Humaid adalah pada sholat yang memiliki dua tasyahhud, sehingga duduk tawarruk dalam hadits Abu Humaid hanyalah berlaku pada tasyahhud kedua. Dan inilah yang dilakukan oleh mayoritas ulama sunnah abad ini, seperti Syaikh Al-Albani dan Syaikh Bin Baaz. Kemudian bukankah lafal hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yaitu
Karena hadits Abu Humaid As-Saa'idi menjelaskan tentang sebuah sholat tertentu yaitu yang memiliki dua tasyahhud dan beliau tidak sedang berbicara tentang semua jenis sholat, maka kita bawakan keumuman lafal yang disebutkan oleh Abu Humaid adalah pada sholat yang memiliki dua tasyahhud, sehingga duduk tawarruk dalam hadits Abu Humaid hanyalah berlaku pada tasyahhud kedua. Dan inilah yang dilakukan oleh mayoritas ulama sunnah abad ini, seperti Syaikh Al-Albani dan Syaikh Bin Baaz. Kemudian bukankah lafal hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yaitu
إنما سُنَّةُ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْصِبَ رِجْلَكَ الْيُمْنَى وَتَثْنِيَ الْيُسْرَى
"Sesungguhnya sunnahnya sholat (ketika duduk-pent) adalah engkau menegakkan kaki kananmu dan melipat kaki kirimu " (HR Al-Bukhari no 793).
·
Islam historis
1.
Fenomena yang mabuk shalat. Terdapat landasan
normative dalam al-quran “janganlah kamu mendekati shalat, sedangkan kamu
mabuk”. Melalui teks tersebut terdapat makna bahwa jika seseorang sedang mabuk
janganlah ia shalat hingga ia sadar. Namun juga berkesan bahwa diluar shalat
boleh mabuk. Jelas keliru. Ayat tersebut mesti dipahami melalui pendekatan
historis asbabun nuzulnya. Ayat itu merupakan rangkaian pengharaman khamar.
Awalnya khamar hanya disebutkan banyak madharatnya saja disbanding dengan
manfaatnya. Lalu dipertegas oleh ayat diatas bahwa janganlah shalat ketika
mabuk dan diakhiri dengan pengharaman khamar diayat ini. Maka, dengan pendekatan
historis ayat, tidak aka nada misinterprestasi makna dalam memahami ayat.
2.
Buku yang paling awal ditulis oleh kaum
muslimin adalah kitab Allah. Awalnya mereka sempat ragu-ragu untuk
menuliskannya. Pembunuhan besar-besaran pada para penghafal al-quran pada saat
terjadinya perang Riddah (perang
melawan orang-orang murtad) dan perang melawan nabi palsu-lah yang membuat
mereka menuliskan kitab Allah. Hal ini dikarenakan adanya rasa khawatir kitab
Allah akan lenyap dan dilupakan
3.
Keraguan yang lebih besar terjadi
tatkala akan dilakukan penulisan hadist-hadist rasulullah itu tidak dituliskan
karena khawatir bercampur baur dengan al-quran. Abu bakar telah memerintahkan
manusia saat ini untuk tidak meriwayatkan sesuatu dari Rasulullah. Umar
kemudian melanjutkan tradisi Abu Bakar. Penulisan hadist ini tidak dimulai
kecuali pada pertengahan abad ke-2 hijriah atau pertengahan abad ke-8 masehi.
ü Ayat al-quran yang berhubungan
dengan anak usia dini
Jawab
:
-----
Perintah melatih anak untuk beribadah saat usia dini “Ajarkanlah shalat pada
anak-anak disaat berumur 7 tahun” (HR. At-Tarmidzi). Sedangkan dalam al-quran
“perintahkanlah keliuargamu untuk mengerjakan shalat dan bersabar atasnya” (QS.
Toha ayat 132)
وَإِذۡ
قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ
إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ
حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ
ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤ وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن
تُشۡرِكَ بِي مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٞ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ وَصَاحِبۡهُمَا فِي
ٱلدُّنۡيَا مَعۡرُوفٗاۖ وَٱتَّبِعۡ سَبِيلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَيَّۚ ثُمَّ إِلَيَّ
مَرۡجِعُكُمۡ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ١٥ يَٰبُنَيَّ إِنَّهَآ
إِن تَكُ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٖ فَتَكُن فِي صَخۡرَةٍ أَوۡ فِي
ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَوۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ يَأۡتِ بِهَا ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٞ ١٦ يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ
ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ
ٱلۡأُمُورِ ١٧ وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِي ٱلۡأَرۡضِ
مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٖ ١٨ وَٱقۡصِدۡ فِي
مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ
١٩
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar"
14.
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
15.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
16.
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui
17.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah)
18.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri
19.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai
Surat luqman berisi tentang pendidikan
yang harus diprioritaskan dan diberikan kepada setiap anak muslim. Pendidikan
kepada anak sangat penting karena anak adalah amanat, sehingga perlu keshalehan
dan ketelatenan tersendiri dalam mendidiknya. Pendidikan pada masa anak-anak
juga akan membangun fondasi bagi tegaknya kepribadian yang sempurna, sebab
pendiidkan pada masa kecil jauh lebih membekas dalam membentuk kepribadiannya
daripada pendidikan yang diperoleh pada masa dewasa. Dengan demikian, orangtua
memiliki peran yang sangat penting didalam mengantarkan anak-anaknya mencapai
kesuksesan di dunia dan di akhirat.
ٱلۡحَمۡدُ
لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Kalau boleh tau daftar referensinya juga dong....
BalasHapus