Sabtu, 21 Maret 2015

KOBOI INSYAF



Narrator: Di sebuah negeri antah berantah, hiduplah seorang Ratu cantik yang sampai sekarang masih single bernama Ratu Resmon. Ia dinobatkan menjadi ratu sejak ia berumur 18 tahun karena sang raja meninggal pada saat itu dan tidak mungkin mereka membiarkan tahta mengalami kekosongan. Namun sang ratu sangat bijaksana dalam mengemban tugasnya. Dia sangat menyayangi dan peduli kepada rakyatnya, dan rakyat juga balas menyayanginya. Suatu hari, di ulang tahunnya yang ke 25 tahun, ia diberi tahu tentang kertas wasiat yang ditinggalkan mendiang ayahnya sewaktu hidup.

(Di istana. Ratu Resmon duduk di singgasana dikelilingi oleh dayang-dayang dan penasehatnya. Tiba-tiba seorang wanita datang dan duduk berlutut menghadap Ratu)
Ratu: “Apa tujuanmu menghadapku?”
Wanita: “Hamba ke sini hendak menyampaikan sesuatu padamu, yang mulya.”
Ratu: “Sesuatu? Apa itu?”
Wanita: “Saya ingin memberitahu Anda tentang wasiat yang diberikan mendiang Raja kepada Anda.”
Ratu Resmon: “Maksudmu ayah saya?” (Kaget. Berdiri dari tempat duduknya), “Siapa kamu dan bagaimana bisa kamu mengenal ayahku?”
Wanita: “Hamba hanyalah rakyat jelata yang mendapat tugas dari kerajaan untuk menyimpan wasiat raja, dan pada saat ulang tahun Ratu Resmon ke 25 tahun, barulah wasiat ini boleh diberikan kepada Anda. Itulah kenapa hamba ada di sini.”
Ratu Resmon: (Mengangguk-angguk) “Baiklah, berikan wasiat tersebut!” (Duduk kembali)
Penasehat: (Berdiri dan mengambil kertas wasiat dari wanita tersebut)
Ratu Resmon: “Bacakan!”
Penasehat: (Mengangguk kepada Ratu, lalu membuka gulungan kertas)

Resmon, anakku tercinta. Ayah berikan selamat kepadamu karena sudah berumur 25 tahun sekarang. Ayah ingin memberitahumu tentang harta karun yang selama ini belum ditemukan. Ayah ingin agar kamu bisa menemukan harta karun tersebut. Kunci harta karun itu ada di dalam laci di kamar Ayah. Sebarkan berita ini ke seluruh negri dan bagi yang menemukan harta tersebut, maka berilah ia hadiah yang pantas. Salam cinta, Ayah.

Ratu Resmon: “Penasehat, segera sebarkan berita ini ke seluruh penjuru negri. Jangan lupa posting di facebook, twitter, path, instagram juga.”
Penasehat: “Baik, Ratu.”

Narrator: Tak lama, seluruh negri segera heboh dengan selebaran yang tertempel dimana-mana dan postingan di sosmed yang menyebutkan bahwa seseorang yang dapat menemukan harta karun yang dicari akan mendapat hadiah dari kerajaan. Keadaan ini membuat 3 perempuan bersaudara yang masih pengangguran berubah menjadi pemburu harta karun saat itu juga.
(Di kamar dengan kesibukan masing-masing)
Mitaya: (Memainkan ponsel, lalu tiba-tiba bangkit) “Hey, Dora, Miaw! Gua ada informasi bagus neeh…” (Masih melihat ponselnya)
Dora: “Apaan sih?” (Merasa terganggu, lalu melanjutkan membaca)
Miaw: “Iya ganggu aja sih lo, Mitaya.” (lanjut menulis)
(Mitaya memukul 2 saudaranya)
Dora: “Aduuh… sakit tauukk.”
(Miaw mengelus-elus lengannya yang dipukul sambil mengaduh kesakitan)
Mitaya: “Nih yaa… katanya Ratu Resmon lagi nyari harta karun dan bagi yang dapetin tuh harta karun bakalan dapet hadiah dari Ratu. Woooww…!”
Miaw dan Dora: (Langsung tertarik dan mendekati Mitaya)
Miaw: “Beneran? Wahh…” (Mulai berkhayal)
Dora: “Btw, hadiahnya apa emangnya? Mobil? Rumah? I-phone? Tv? Kulkas?”
Mitaya: “Di sini sih gak dijelasin apaan hadiahnya. Tapi yang pasti hadiahnya pasti banyaaakkk bangeett.”
Dora: “Kalo gitu, pokoknya kita harus dapetin tuh harta karun. Hahahaha….”
Narrator: berbondong-bondong semua orang berusaha mencari harta karun tersebut, termasuk sang 3 bersaudara. Mereka sudah mencarinya kemana-mana. Hingga suatu hari di hutan, ketika sudah sebulan lebih mencari harta karun dan belum menemukannya juga, 3 bersaudara merasa lelah dan ingin menyerah. Tetapi pada saat itu juga ada seseorang yang bersedia membantu mereka.
Dora: “Nyerah aja yuukk… rasa-rasanya gak mungkin deh kita bakal dapet, apalagi gak ada petunjuk. Huhhh…”
Miaw: “Iya bener banget. Rasa-rasanya kita tuh berjalan tanpa tujuan yang jelas. Mana aus lagi…”
Mitaya: “Iya capek binggo. Tapi hadiahnya gimana?”
(Mitaya, Miaw, Dora gelengsoran dan mencoba tidur. Tiba-tiba ada suara yang menarik perhatian ketiga saudara tersebut)
Ciring…ciring…ciriringg…
Dora: “Apaan tuh?”
Mitaya: “Gak tau. Cuci piring-piring?”
Miaw: “Mungkin cuma hewan kejepit aja.”
(Di saat ketiga saudara kembali beristirahat, tiba-tiba ada yang muncul menghampiri mereka)
Tinkerbawel: “Ciring…ciring…ciriring…” (Berjalan-jalan, tapi tiba-tiba terhenti saat melihat ketiga bersaudara sedang tiduran) “Waahh… siapa ya mereka?” (Mengetuk-ngetukkan jarinya ke dagu, sedang berpikir) “Aha! Bangunin deeh…”
Tinkerbawel: Ciring…ciring…ciriring… (Mengayunkan tongkat sihirnya)
(Ketiga bersaudara sadar dari tidurnya, lalu kaget melihat ada Tinkerbeol di depannya)
Mitaya: (Bangun, disusul kedua saudaranya) “S…ssiapa kamu?” (Menunjuk-nunjuk Tinkerbawel dengan telunjuknya)
Tinkerbawel: “Hihihi….. jangan takut doonngg aku gak gigit kook. Hihihi.”
Dora: “Siapa sih kamu? Jangan ganggu kami!”
Tinkerbawel: (Memutar bola matanya) “Yaelaahh siapa juga yang mau ganggu? Geer aja ihh…” (Mengulurkan tangan) “Halo namaku Tinkerbawel, aku peri baik hati di hutan ini. Nama kalian siapa?”
Miaw: (Menyambut tangan Tikerbawel) “Namaku Miaw, ini kedua saudaraku, Mitaya dan Dora.”
Tinkerbawel: “Oohh sodaraan ternyata. Btw, ngapain kalian ke hutan belantara gini? Kurang kerjaan banget sih.”
Mitaya: “Kita tuh lagi nyari harta karun tauk! Enak aja bilang kitaorang kurang kerjaan.”
Tinkerbawel: “Hihihi iya deh maap. Oh ya, terus kamuorang udah dapetin tuh harta karun?”
Dora: “Beluumm. Bingung nih, abis gak ada petunjuknya geehh kayak misalnya peta gitu. Tapi katanya peti harta karunnya itu dilapisi emas, terus di pinggir-pinggirnya dilapisi platinum. Mantep gak tuuhh?”
Tinkerbawel: “Ohh kalo itu sih aku bisa bantu loohh.”
Mitaya: “Ciyuuss??”
Tinkerbawel: “Iyaa…”
Narrator: Akhirnya ketiga bersaudara berteman baik dengan Tinkerbawel. Mereka menelusuri seluruh hutan untuk mencarinya hingga tersisa satu tempat yang belum mereka masuki. Yaitu Goa yang berada di ujung hutan tersebut.
(Mereka berempat memasuki goa yang gelap)
Mitaya: “Hei Tinkerbawel, kamu kan bisa sihir, coba tolong bikin nih goa terang dong. Gelep banget nih.”
Tinkerbawel: “Oke deehh….. Ciring…ciring…ciriring….”
(Jadilah goa tersebut menjadi terang. Mereka memasuki goa tersebut dan akhirnya menemukan sebuah peti harta karun)
Tinkerbawel: “Jangan-jangan itu peti harta karun yang kalian cari?” (Menunjuk ke arah peti harta karun)
(Mereka berempat mendekati peti harta karun tersebut)
Dora: (Memperhatikan dengan seksama) “Iya, gak salah lagi nih. Yee akhirnya kita dapet jugaaa!”
Miaw: “iyaa Alhamdulillah.”
Narrator: ketiga bersaudara dan Tinkerbawel akhirnya membawa peti harta karun tersebut ke istana. Mereka janjian dengan Ratu Resmon di luar istana. Ratu datang bersama penasehat, wanita pembawa wasiat dan dayang-dayangnya.
Mitaya: “Ratu, kami berhasil menemukan harta karun yang selama ini dicari.”
Ratu: (Bertepuk tangan) “Selamat atas keberhasilan kalian. Jadi apa yang kalian inginkan sebagai hadiah karena kalian sudah menemukan harta karun ini?”
(Mereka bertiga diskusi agak lama. Tepat pada saat itu, ada seseorang yang berlari menghampiri mereka dan mengambil peti harta karun tersebut lalu berlari pergi)
(Semua orang di situ syok, tapi tidak dapat berbuat banyak)
Penasehat: “Hey pencuri!!” (Teriak dengan kencang, lalu berusaha lari dan menangkap pencuri tersebut) “Kembalikan peti harta karun tersebut!” (Menarik kerah baju sang pencuri)
Pencuri: “Kalau kamu mau, kamu harus langkahi dulu mayatku!”
Penasehat: “Baiklah jika itu yang kamu mau!”
(Akhirnya terjadi perkelahian antara Penasehat dan Pencuri. Semua wanita yang melihat perkelahian itu bingung bagaimana caranya untuk menghentikan perkelahian yang terjadi)
Dora: “Eh Tinkerbawel, jangan diem aja doongg…. Kamu kan bisa sihir, cepat bikin mereka berhenti berantem!!”
Tinkerbawel: “Oiya aku kan peri!” (Menepuk jidat) “Ciring…ciring…ciriringg.”
(Penasehat dan Pencuri akhirnya tidak bisa bergerak dengan posisi terakhir mereka)
(Dayang-dayang datang mengambil peti harta karun tersebut)
Ratu: “Terimakasih, Tikerbawel sudah membantu menghentikan mereka.”
Tinkerbawel: “Iya, sama-sama, yang mulya.”
Ratu: “Biarkan mereka seperti itu saat ini. Saya takut mereka akan kembali berkelahi jika mereka kembali seperti semula.” (Melirik ke dayang-dayang) “Dayang-dayang, bukakan peti harta karun tersebut sekarang!”
Dayang-dayang: “Baik, Ratu.” (Membuka peti harta karun dengan kuncinya dan kaget setelah melihatnya)
Ratu: “Ada apa dayang-dayangku?”
Dayang1: “Ini…. Saya tidak yakin ini adalah harta karun yang dimaksud mendiang raja, Yang Mulya.”
Dayang2: “Benar. Ini sepertinya bukan.”
Ketiga saudara: “Gak mungkiinn!!”
Mitaya: “Pasti itu harta karun yang dicari. Kami yakin sekali, Yang Mulya.”
Wanita: “Benar, Yang Mulya. Ini adalah peti harta karun yang selama ini kita cari. Peti ini dilapisi emas dan di pinggirnya dilapisi platinum.”
(Ratu Mengangguk-angguk, lalu datang menghampiri peti harta karun. Ia mengambil sebuah kain putih yang berada di dalamnya. Tampak heran dengan benda tersebut.)
(Semua orang di sana terkejut ketika melihat kain tersebut)
Wanita: “Itu adalah kain ihram, Yang Mulya.”
Ratu: “Benarkah?”
Wanita : “Mengangguk-angguk.”
(Ratu mengambil kertas yang ada di dalam peti harta karun dan dibacanya kertas tersebut)
Selamat atas keberhasilan kalian menemukan harta karun ini! Sekarang, Ratu harus menepati janji  kepada orang-orang yang sudah berhasil menemukan harta karun ini. Dan Ratu, anakku sayang, kamu sudah 25 tahun. Sudah dewasa dalam mengemban amanah. Jadilah kamu sebagai pemimpin yang adil dan amanah. Sekarang, ayah ingin agar kamu pergi ke tanah suci dan melaksanakan haji.


Ratu: (Terharu) “Terimakasih karena sudah menemukan harta karun ini. Sekarang apa yang kalian inginkan?”
(Ketiga bersaudara terlihat bingung)
Tinkerbawel: “Aha! Bagaimana kalau sebuah pekerjaan! Selama ini mereka hidup pengangguran, Yang Mulya. Tolong berilah mereka pekerjaan yang pantas.”
Mitaya: “Benar, Yang Mulya. Tinkerbawel terimakasih karena sudah membantu kami.”
Ratu: “Baiklah. Apa keahlian kalian?”
Dora: “Saya pintar masak, Yang Mulya.”
Ratu: “Kamu saya angkat jadi koki kerajaan.”
Mitaya: “Saya pintar menjahit, Yang Mulya.”
Ratu: “Kamu saya angkat menjadi perancang busana kerajaan.”
Miaw: “Saya terserah anda saja, Yang Mulya.”
Ratu: “Baik. Saya akan segera mencarikan kamu pekerjaan yang pantas.”
Wanita: “Baik, Ratu. Karena tugas saya sudah selesai, saya harus pergi.” (Menunduk hormat, lalu pergi)
Ratu: “Tunggu!” (Teriaknya, membuat sang wanita berhenti) “Karena kamu sudah menyampaikan amanah ayah saya dengan benar, maukah kamu pergi ke tanah suci dengan saya?”
Wanita: “Ratu yakin? Tentu saja saya mau, Yang mulya.”
Tinkerbawel: “Ratu, apa yang harus saya lakukan terhadap 2 orang ini?” (Menunjuk penasehat dan pencuri yang masih diam di tempat)
Ratu: “Lepaskan mereka.”
(Tinkerbawel melepaskan sihirnya)
Ratu: “Kamu!” (Menunjuk pencuri) “Harus dihukum dan dipenjara.”
Pencuri: (Berusaha kabur, tapi dicegah oleh penasehat)
Narrator: Jadi, inilah akhir kisahnya. Pesan kami kepada teman-teman semua. Jadilah amanah seperti wanita pembawa wasiat. Jadilah penolong seperti Tinkerbawel yang menolong tanpa pamrih. Jadilah Ratu yang adil, yang tidak segan-segan memberi hadiah kepada yang berhak dan menghukum pencuri. Jadilah ketiga saudara yang sangat gigih dalam pekerjaannya.

SELESAI
 

MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang             Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perke...